Download

  • This is slide 1 description. This Blogger Template is Designed By NewBloggerThemes.com. Go to Edit HTML and find this. Replace this with your own description ...

  • This is slide 2 description. This Blogger Template is Designed By NewBloggerThemes.com. Go to Edit HTML and find this. Replace this with your own description ...

  • This is slide 3 description. This Blogger Template is Designed By NewBloggerThemes.com. Go to Edit HTML and find this. Replace this with your own description ...

  • This is slide 4 description. This Blogger Template is Designed By NewBloggerThemes.com. Go to Edit HTML and find this. Replace this with your own description ...

  • This is slide 5 description. This Blogger Template is Designed By NewBloggerThemes.com. Go to Edit HTML and find this. Replace this with your own description ...

  • This is slide 6 description. This Blogger Template is Designed By NewBloggerThemes.com. Go to Edit HTML and find this. Replace this with your own description ...

Rabu, 10 Juni 2015

Tentang Saya

Posted by Unknown On 18.44 No comments
Aku...... mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, angkatan 2014, Universitas Jember, yang sedang menempuh mata kuliah Pengantar Teknologi Informasi dengan tugas akhir blog yang kece badai ini. Hahahah......

Oh ya, nama ku Riedo Wahyu Ardiamsa, biasa dipanggil Pak Do. Aku asli Banyuwangi, Lare Using euy. Banyuwangi, Jenggirat Tangi!

Aku ini, orangnya gimana? Ehm, gak bisa njelasin deh. Yang jelas, aku ini baik dan aku pastinya cowok. Bukan maho,loh ya.... Hahah.

Well, sedikit info tentang apa yang ada di blog ini, dikarenakan aku emang suka dan cinta banget sama pramuka, bahkan lebih cinta sama pramuka daripada sama pacar sendiri. Ups, sorry ya sayang... Tapi, emang itu kenyataan yang mesti dibilangin sama my inspiration itu. Heheh......

Lambang Gerakan Pramuka

Posted by Unknown On 17.48 No comments
Lambang merupakan tanda pengenal visual yang dimiliki oleh setiap organisasi, termasuk sebuah negara. Lambang Gerakan Pramuka adalah “tunas kelapa” seperti gambar di samping. Gambar tunas kelapa tersebut digunakan secara resmi pertama kali ketika Presiden Soekarno menganugerahkan Panji Pendidikan Kepanduan Nasional Indonesia kepada Gerakan Pramuka pada tanggal 14 Agustus 1961. Penganugerahan tersebut berdasarkan Keppres (Keputusan Presiden) Nomor 448 Tahun 1961. Pada panji tersebut terdapat gambar silhuette (bayangan) tunas kelapa berwarna merah.

150px-Pramuka,_Tunas_Kelapa.svgOrang yang menciptakan gambar silhuette tunas kelapa tersebut adalah R. Soenardjo Atmodipoerwo. Ia adalah seorang pandu yang bekerja di Departemen Pertanian. Oleh karena itulah Ia terinspirasi dengan pohon kelapa yang setiap bagian tubuhnya bisa dimanfaatkan manusia.

Pada buku-buku kepramukaan selama ini nama pencipta lambang Gerakan Pramuka dikenal dengan redaksi Sunarjo Atmodipuro. Namun ada informasi berdasarkan yang tertulis di batu nisan beliau, redaksi yang benar adalah R. Soenardjo Atmodipoerwo (menggunakan ejaan lama).

Dasar Aturan

ART Lambang

Aturan mengenai lambang Gerakan Pramuka terdapat pada Anggaran Rumah Tangga (ART) Gerakan Pramuka Bab VII Pasal 20 seperti yang tertera pada gambar di atas.
Pada aturan lama, disebutkan secara spesifik bahwa  lambang Gerakan Pramuka bukan “tunas kelapa” tetapi “silhuette / bayangan tunas kelapa”. Karena gambarnya berupa bayangan tunas kelapa. Tetapi mengacu pada aturan terbaru (ART hasil Munas Gerakan Pramuka tahun 2013) cukup disebut “tunas kelapa” saja.

Warna

Sudah dijelaskan secara gamblang pada ART Gerakan Pramuka, bahwa warna lambang Gerakan Pramuka disesuaikan dengan penggunaannya. Jadi, tidak ada warna baku harus hitam. Contoh pengguanaannya antara lai:
  • Pada kepala surat menggunakan warna hitam.
  • Pada bendera Gerakan Pramuka menggunakan warna merah.
  • Pada tanda kecakapan umum (TKU) penegak dan pandega menggunakan warna kuning.
  • Pada cover buku terbitan kwarnas sering dibuat berwarna putih.
  • Pada beberapa logo kegiatan bisa menggunakan warna lain, bahkan kombinasi beberpa warna.

Arti Kiasan

Secara umum arti kiasan lambang ini dijelaskan pada ART GP seperti tercantum di atas. Namun ada penjelasan yang lebih rinci, yaitu pada Keputusan Kwarnas Nomor 06/KN/72 menjadi 6 poin sebagai berikut:
  1. Buah nyiur dalam keadaan tumbuh dinamakan cikal. Ini mengandung arti Pramuka adalah inti bagi kelangsungan hidup bangsa (tunas penerus bangsa).
  2. Buah nyiur tahan lama. Ini mengandung arti, Pramuka adalah orang yang jasmani dan rohaninya kuat dan ulet.
  3. Nyiur dapat tumbuh di berbagai jenis tanah. Ini mengandung arti, Pramuka adalah orang yang mampu beradaptasi dalam kondisi apapun
  4. Nyiur tumbuh menjulang tinggi. Ini mengandung arti, setiap Pramuka memiliki cita-cita yang tinggi.
  5. Akar nyiur kuat. Mengandung arti, Pramuka berpegang pada dasar-dasar yang kuat.
  6. Nyiur pohon yang serbaguna. Ini mengandung arti, Pramuka berguna bagi nusa, bangsa dan agama.
Nyiur adalah nama lain pohon kelapa. Jadi meskipun lambang Gerakan pramuka menggunakan bentuk tunas kelapa, arti kiasannya terinspirasi dari keseluruhan pohon kelapa yangtelah tumbuh dewasa.

Keunikan Lambang Gerakan Pramuka

Gerakan Pramuka adalah bagian dari Gerakan Kepramukaan Dunia. Lambang organisasi Gerakan Kepramukaan Dunia (WOSM – World Organization of Scout Movement) berupa bentuk bunga lily (fleur-de-lis) yang dirancang oleh Baden-Powell. Demikian juga lambang organisasi kepramukaan tingkat nasional di berbagai negara menggunakan bentuk dasar fleur-de-lis. Namun, Gerakan Pramuka membuat lambang yang berbeda sendiri tanpa unsur bentuk fleur-de-lis. Justru memilih mengambil bentuk dari kearifan lokal dimana Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki banyak pesisir (pantai). Tanaman khas pantai adalah nyiur/ pohon kelapa.

Kesalahan yang Kadang Terjadi

Untitled-1Beberapa kali ditemukan artikel/buku yang salah sangka gambar di sampin ini sebagai  lambang Gerakan Pramuka. Padahal bentuk gambar disamping bukan lambang Gerakan pramuka, melainkan tanda pelantikan anggota Gerakan Pramuka.
Tanda ini disematkan pada seragam sebagai tanda bahwa orang yang bersangkutan telah dilantik sebagai anggota Gerakan Pramuka.
Selain sebagai tanda pelantikan, bentuk gambar di atas juga digunakan pada tanda topi dengan warna dasar sesuai warna khas golongan anggota muda Gerakan Pramuka (siaga = hijau, penggalang = merah, penegak = kuning, pandega = coklat muda).

Makna Lambang WOSM

Posted by Unknown On 17.40 No comments
Lambang WOSM (Pandu Dunia) dan arti kiasan yang terkandung di dalamnya. Lambang WOSM atau World Organization of the Scout Movement (Organisasi Kepanduan Sedunia) adalah logo atau lambang kepramukaan sedunia yang juga dijadikan sebagai lencana pada pakaian pramuka. Di Indonesia, lencana WOSM menjadi salah satu Tanda Umum Gerakan Pramuka (bagian dari Tanda Pengenal Gerakan Pramuka). Tanda ini dikenakan di baju seragam pramuka di dada sebelah kanan (anggota putra) dan kerah baju sebelah kanan (anggota putri).

lambang wosm

Lambang WOSM terdiri atas gambar "fleur-de-lis" (atau dikenal juga sebagai treefoil atau "bunga lily dengan tiga ujung"), kompas, dua bintang, yang dilingkari tali bersimpul mati. Gambar berwarna putih dengan warna latar (background) berwarna ungu.

Lambang "fleur-de-lis" ini telah digunakan oleh Baden Powell, Bapak Pramuka Sedunia, untuk disematkan kepada 22 anak laki-laki yang mengikuti perkemahan di Pulau Bwonsea pada 25 Juli - 2 Agustus 1907. Hingga kini lambang tersebut masih digunakan sebagai lambang WOSM (Organisasi Kepanduan Sedunia) dan banyak organisasi kepramukaan di berbagai negara.


Lambang WOSM tersebut adalah sebagai berikut :

Lambang WOSM yang terdiri atas jarus kompas, "fleur-de-lis" atau "treefoil", dua bintang, dan tali melinkar bersimpul mati memiliki makna dan arti kiasan sebagai berikut :


  1. Jarum kompas menunjuk ke atas (utara), memiliki arti sebagai pengingat bagi setiap pramuka agar senantiasa melakukan kebenaran dan menjadi pribadi yang dapat dipercaya. Selain itu untuk senantiasa menjaga cita-citanya dan perannya sebagai penunjuk jalan.
  2. Treefoil (fleur-de-lis) atau Bunga dengan Tiga Ujung, mengiaskan Tiga Janji Pramuka (Scout Promise)
  3. Dua bintang, melambangkan bahwa seorang anggota Pramuka selalu berupaya untuk dapat menjadi penerangan dan menolong dalam kebenaran dan pengetahuan.
  4. Tali melingkar dengan ujung membentuk simpul mati, mengiaskan bahwa antar sesama Pramuka di seluruh dunia selalu menjalin hubungan persahabatan dan persaudaraan.
  5. Warna putih, melambangkan jiwa Pramuka yang berhati suci dan bersih. 
  6. Warna dasar ungu, memiliki arti bahwa Pramuka memiliki keterampilan kepemimpinan dan suka menolong orang lain.
Di Indonesia, lambang atau logo WOSM ini selain disematkan di pakaian seragam pramuka, bersama dengan lambang Gerakan Pramuka, juga digunakan sebagai kop surat organisasi dan (mulai dari gudep hingga Kwartir Nasional Gerakan Pramuka) dan papan nama gugus depan dan kwartir.

Sumber: http://pramukaria.blogspot.com/2014/09/lambang-wosm-pandu-dunia-dan-arti.html

Sejarah-Arti-Makna Lambang Garuda

Posted by Unknown On 17.29 No comments

Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II dari Pontianak yang kemudian disempurnakan oleh Presiden Soekarno, dan diresmikan pemakaiannya sebagai lambang negara pertama kali pada Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat Tanggal 11 Februari 1950. Lambang negara Garuda Pancasila diatur penggunaannya dalam Peraturan Pemerintah No. 43/1958. 

Lambang Negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Lambang Negara Indonesia berbentuk burung garuda yang kepalanya menoleh ke sebelah kanan (dari sudut pandang garuda), perisai berbentuk menyerupai jantung yang di gantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti "Berbeda-beda tetapi tetap satu" ditulis diatas pita yang dicengkeram oleh Garuda. 




Garuda muncul dalam berbagai kisah terutama di daerah Jawa dan Bali. Dalam berberapa kisah, Garuda menggambarkan kebajikan, pengetahuan, kekuatan, keberanian, kesetiaan dan disiplin. Sebagai kendaraan Wishnu, Garuda juga memiliki sifat Wishnu sebagai pemelihara dan penjaga tatanan alam semesta. Dalam tradisi Bali, Garuda sangat dimuliakan, sebagai raja agung para burung. Di Bali ia biasanya digambarkan sebagai makhluk yang memiliki kepala, paruh, sayap dan cakar elang, tetapi memiliki tubuh dan lengan manusia. Biasanya digambarkan dalam ukiran yang halus dan rumit dengan  warna cerah keemasan. Posisi mulia Garuda menurut tradisi Indonesia sejak jaman dahulu inilah yang menjadikannya sebagai simbo nasional Indonesia, sebagai perwujudan ideologi pancasila. Tidak hanya itu, Garuda juga dipilih sebagai nama maskapai penerbangan nasional Indonesia

Setelah perang kemerdekaan Indonesia tahun 1945-1949, disusul dengan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda melalui Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949, dirasakan perlunya Indonesia (yang pada saat itu Republik Indonesia Serikat) untuk memiliki lambang negara. Lalu pada tanggal 10 Januari 1950 dibentuklah Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah kordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantara, M A Pellaupessy, Moh. Natsir, dan RM Ng Poer Batjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada Pemerintah.

Merujuk keterangan Bung Hatta dalam bukunya yang berjudul "Bung Hatta Menjawab" untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilihlah dua rancangan lambang negara yang terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M. Yamin ditolak karena menyertakan sinar matahari, ini menggambarkan pengaruh Jepang didalamnya. Setelah rancangan terpilih, dialoh intensif antara Sultan Hamid II, Presiden RIS (Soekarno) dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan tersebut. Merka bertiga sepakat mengganti pita yang dicengkeram Garuda yang semula adalah pita merah putih, menjadi putih semua dengan menambahkan semboyan "Bhineka Tunggal Ika."

Pada tanggal 8 Pebruari 1950, rancangan lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II, diajukam kepada presiden Soekarno. Rancangan lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan kembali, karena adanya keberatan terhadap adanya gambar burung Garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai. Ini dianggap terlalu bersifat mitologis. Lalu Sultan Hamid II pun kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat Garuda Pancasila.

Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS melalui Moh. Hatta sebagai perdana menteri pada saat itu. Dalam bukunya berjudul "Sekitar Pancasila" yang diterbitkan oleh Departemen Pertahanan dan Keamanan, Pusat Sejarah ABRI, AG Pringgodigdo menyebutkan bahwa rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam Sidang Kabinet RIS pada tanggal 11 Februari 1950. Ketika itu gambar bentuk kepala rajawali garuda pancasila masih gundul dan tidak berjambul seperti bentuk sekarang ini. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum pada tanggal 15 Februari 1950.

Pada tanggal 20 Maret 1950, Presiden Soekarno memerintahkan seorang pelukis istana bernama Dullah untuk melukis kembali rancangan tersebut, setelah sebelumnya juga telah diperbaiki dengan menambahkan jambul pada kepa Sang Garuda Pancasila, serta mengubah posisi cakar kaki yang mencengkeram pita dari semula di belakang ita menjadi di depan pita, atas masukan Presiden Soekarno. Dipercaya bahwa alasan Soekarno menambahkan jambul karena kepala Garuda yang gundul terlalu mirip dengan Bald Eagle, lambang Negara Amerika Serikat.

Dan untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambahkan skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara tersebut. Rancangan Garuda Pancasila terakhir ini dibuatkan patung besar dari bahan perunggu berlapis emas yang disimpan dalam ruangan Kemerdekaan Monumen Nasional sebagai lambang negara RI dan desaainnya tidak berubah hingga kini.

Lalu apa deskripsi dan arti filosofi dibalik lambang negara ini?

  1. Garuda Pancasila sendiri adalah burung garuda yang sudah dikenal melelui mitologi kuno dalam sejarah bangsa Indonesia, yaitu kendaraan Wishnu yang menyerupai burung elang rajawali. Garuda digunakan sebagai lambang negara untuk menggambarkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar dan negara yang kuat.
  2. Warna keemasan pada burung garuda menggambarkan keagungan dan kejayaan.
  3. Garuda memiliki paruh, sayap, ekor dan cakar yang melambangkan kekuatan dan tenaga pembangunan.
  4. Jumlah bulu Garuda Pancasila melambangkan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus tahun 1945, antara lain; 17 helai bulu pada masing-masing sayap, 8 helai bulu pada ekor, 19 helai bulu di bawah perisai atau pada pangkal ekor dan 45 helai bulu pada leher.

Untuk Bagian perisai;
  1. Perisai adalah tameng yang telah lama dikenal dalam kebudayaan dan peradaban Indonesia sebagai bagian senjata yang melambangkan perjuangan, pertahanan, dan perlindungan diri untuk mencapai tujuan.
  2. Ditengah perisai terdapat garis hitam tebal yang melukiskan garis khatulistiwa. Ini menggambarkan lokasi Indonesia yaitu negara tropis yang dilintasi garis tersebut yang membentang dari timur ke barat.
  3. Warna dasar pada ruang perisai adalah merah dan putih. Pembaca pasti sudah bisa menebak maknanya. 
  4. Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara Pancasila. Pengaturan lambang pada ruang perisai adalah; Sila pertama Ketuhanan yang maha esa dilambangkan dengan cahaya di bagian tengah perisai berbentuk bintang yang bersudut lima berlatar hitam, Sila kedua Kemanusiaan yang adil dan beradab dilambangkan dengan tali rantai bermata bulatan dan persegi di bagian kiri bawah perisai berlatar merah. Sila ketiga Persatuan Indonesia dilambangkan dengan pohon beringin di bagian kiri atas perisai berlatar putih. Sila keempat Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan yang dilambangkan dengan kepala banteng di bagian kanan perisai berlatar merah, dan Sila kelima Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dilambangkan dengan kapas dan padi di bagian kanan bawah perisai berlatar putih.
Pita bertuliskan "Bhinneka Tunggal Ika"
  1. Kedua cakar Garuda Pancasila mencengkeram sehelai pita putih bertuliskan "Bhinneka Tunggal Ika" berwarna hitam.
  2. Semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" adalah kutipan dari Kakawin Sutasoma karya Mpu Tantular, dimana kata "Bhinneka" berarti beraneka ragam atau berbeda-beda, "Tunggal" berarti satu, dan kata "Ika" berarti itu. Secara harfiah dapat diterjemahkan "Beraneka satu itu", yang bermakana meskipun berbeda-bea tetapi pada hakikatnya tetap adalah satu kesatuan, bahwa diantara puspa ragam bangsa Indonesia adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia yang terdiri atas beraneka  ragam budaya, bahasa, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan. 
Beberapa aturan penggunaan lambang negara ini diatur dalam UUD 45 Pasal 36A dan UU No. 24 Tahun 2009 tentang bendera, bahasa, dan lambang negara serta lagu kebangsaan. Lambang negara ini wajib digunakan dalam 
  1. gedung, kantor, atau ruang kelas satuan pendidikan
  2. luar gedung atau kantor
  3. lembaran negara, tambahan lembaran negara, berita negara, dan tambahan berita negara
  4. paspor, ijazah, dan dokumen resmi yang diterbitkan pemerintah
  5. uang logam atau uang kertas
  6. materai
 
Sumber: http://www.ipapedia.web.id/2014/11/sejarah-asal-usul-lambang-negara.html

Selasa, 02 Juni 2015

Kepramukaan Indonesia

Posted by Unknown On 09.19 No comments
Gerakan Pramuka lahir pada tahun 1961, jadi kalau akan menyimak latar belakang lahirnya Gerakan Pramuka, orang perlu mengkaji keadaan, kejadian dan peristiwa pada sekitar tahun 1960. Dari ungkapan yang telah dipaparkan di depan kita lihat bahwa jumlah perkumpulan kepramukaan di Indonesia waktu itu sangat banyak. Jumlah itu tidak sepandan dengan jumlah seluruh anggota perkumpulan itu. Peraturan yang timbul pada masa perintisan ini adalah Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan Nasional Semesta Berencana.
Dalam ketetapan ini dapat ditemukan Pasal 330 C yang menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah Pancasila. Seterusnya penertiban tentang kepanduan (Pasal 741) dan pendidikan kepanduan supaya diintensifkan dan menyetujui rencana Pemerintah untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349 Ayat 30). Kemudian kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powellisme (Lampiran C Ayat 8). Ketetapan itu memberi kewajiban agar Pemerintah melaksanakannya. Karena itulah Pesiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh dan pemimpin gerakan kepramukaan Indonesia, bertempat di Istana Negara. Hari Kamis malam itulah Presiden mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui, metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada dilebur menjadi satu yang disebut Pramuka. Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri Pertanian Dr.A. Azis Saleh dan Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia ini tentulah perlu sesuatu pengesahan. Dan kemudian terbitlah Keputusan Presiden RI No.112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961, tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden pada tanggal 9 Maret 1961. Ada perbedaan sebutan atau tugas panitia antara pidato Presiden dengan Keputusan Presiden itu.
Masih dalam bulan April itu juga, keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun 1961 tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota Panitia ini terdiri atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, Achmadi dan Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial). Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961 tentang Gerakan Pramuka.
Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu pidato Presiden/Mandataris MPRS dihadapan para tokoh dan pimpinan yang mewakili organisasi kepanduan yang terdapat di Indonesia pada tanggal 9 Maret 1961 di Istana Negara. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI TUNAS GERAKAN PRAMUKA. Diterbitkannya Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961, tentang Gerakan Pramuka yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditugaskan menyelenggarakan pendidikan kepanduan bagi anak-anak dan pemuda Indonesia, serta mengesahkan Anggaran Dasar Gerakan Pramuka yang dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi para pengelola Gerakan Pramuka dalam menjalankan tugasnya. Tanggal 20 Mei adalah; Hari Kebangkitan Nasional, namun bagi Gerakan Pramuka memiliki arti khusus dan merupakan tonggak sejarah untuk pendidikan di lingkungan ke tiga. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PERMULAAN TAHUN KERJA. Pernyataan para wakil organisasi kepanduan di Indonesia yang dengan ikhlas meleburkan diri ke dalam organisasi Gerakan Pramuka, dilakukan di Istana Olahraga Senayan pada tanggal 30 Juli 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI IKRAR GERAKAN PRAMUKA.
Pelantikan Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari di Istana Negara, diikuti defile Pramuka untuk diperkenalkan kepada masyarakat yang didahului dengan penganugerahan Panji-Panji Gerakan Pramuka, dan kesemuanya ini terjadi pada tanggal pada tanggal 14 Agustus 1961. Peristiwa ini kemudian disebut sebagai HARI PRAMUKA.
Pidato Presiden pada tanggal 9 Maret 1961 juga menggariskan agar pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI Gerakan Pramuka telah ada dan dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu Keppres RI No.238 Tahun 1961 perlu ada pendukungnya yaitu pengurus dan anggotanya. Menurut Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Kwartir Nasional Harian. Badan Pimpinan Pusat ini secara simbolis disusun dengan mengambil angka keramat 17-8-’45, yaitu terdiri atas Mapinas beranggotakan 45 orang di antaranya duduk dalam Kwarnas 17 orang dan dalam Kwarnasri 8 orang. Namun demikian dalam realisasinya seperti tersebut dalam Keppres RI No.447 Tahun 1961, tanggal 14 Agustus 1961 jumlah anggota Mapinas menjadi 70 orang dengan rincian dari 70 anggota itu 17 orang di antaranya sebagai anggota Kwarnas dan 8 orang di antara anggota Kwarnas ini menjadi anggota Kwarnari. Mapinas diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno, Presiden RI dengan Wakil Ketua I, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh. Sementara itu dalam Kwarnas, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat Ketua dan Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh sebagai Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari.
Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja di Ibukota Jakarta, tapi juga di tempat yang penting di Indonesia. Di Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan Apel Besar yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan berkeliling Jakarta. Sebelum kegiatan pawai/defile, Presiden melantik anggota Mapinas, Kwarnas dan Kwarnari, di Istana negara, dan menyampaikan anugerah tanda penghargaan dan kehormatan berupa Panji Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia (Keppres No.448 Tahun 1961) yang diterimakan kepada Ketua Kwartir Nasional, Sri Sultan Hamengku Buwono IX sesaat sebelum pawai/defile dimulai. Peristiwa perkenalan tanggal 14 Agustus 1961 ini kemudian dilakukan sebagai HARI PRAMUKA yang setiap tahun diperingati oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan Pramuka.
Sumber: http://www.jamarismelayu.com/2014/10/sejarah-perkembangan-gerakan-pramuka-di.html

Kepanduan Indonesia

Posted by Unknown On 08.55 No comments
Gagasan Baden Powell menyebar diseluruh Benua Eropa dan dilaksanakan oleh Negara-negara dibenua tersebut, bahkan disebarluaskan ke Negara-negara jajahannya. Begitu pula dengan Kepanduan di Indonesia, Kepanduan masuk ke Indonesia (pada waktu itu masih Hindia Belanda, karena Negara kita sedang dijajah oleh Belanda) pertama-tama dengan dibawa oleh orang-orang Belanda.

Orang-orang Belanda menamakan Pandu tersebut dengan istilah “Padvinder” sedangkan Kepanduan disebut “Padvinderij” yang didirikan oleh “John Smith” berdasarkan anjuran pengurus pusatnya dinegeri Belanda.

Untuk pertama kalinya organisasi kepanduan di Indonesia didirikan tahun 1912, berpusat di kota Batavia (sekarang Jakarta). Dan Organisasinya bernama “Nederland Indische Padvinders Vereniging (NIPV)” yang artinya adalah “persatuan pandu-pandu Hindia Belanda”.

Dengan demikian, NIPV merupakan cabang organisasi induk kepanduan di Indonesia, walaupun pucuk kepemimpinan umumnya berada ditangan orang-orang Belanda, berbagai organisasi kepanduan di Tanah Air banyak bermunculan dan menyatakan diri bergabung atau berinduk kepada NIPV.

NIPV pada mulanya hanya diperuntukkan bagi anak-anak golongan kulit putih. Akan tetapi, NIPV diperbolehkan diikuti oleh anak-anak dan pemuda Indonesia, khususnya yang orang tuanya bekerja sebagai pegawai pemerintah kolonial.

Belanda mendirikan organisasi kepanduan tersebut di Indonesia tentunya tidak terlepas dari tujuan politik, secara umum yaitu agar anak-anak Indonesia terbiasa sejak dini menyenangi dan loyal terhadap Pemerintah Belanda. Sebagai contoh, dalam organisasi tersebut terdapat hal yang cukup ganjil, yaitu memiliki peraturan dan semboyan-semboyan atau janji-janji yang sama persis dengan peraturan yang diberlakukan NIPV di negeri Belanda. Dalam janji kepanduan terdapat kata-kata “Trouw aan de Koningin”, yang artinya “setia kepada Sri Ratu”. Pada waktu itu yang menjabat sebagai Ratu Belanda adalah “Ratu Wihelmina”. Keganjilan tersebut cukup menjadi ganjalan dalam hati para pemuda Indonesia yang rasa kebangsaannya mulai timbul. Sehingga, tak heran jika kemudian banyak diantara mereka yang keluar dari NIPV. Bahkan, beberapa perkumpulan yang lebih kecil juga menolak bergabung dengan NIPV dan mengganti kata-kata “setia kepada Sri Ratu” tersebut dengan “setia kepada Tanah Air dan Bangsa”.

Pada tahun 1916 para pemuda Indonesia untuk pertama kalinya membentuk organisasi kepanduan sendiri atas prakarsa “Sultan Pangeran Mangkunegara VII” di Surakarta, yang bernama “Javaanse Padvinders Organisatie (JPO)”, disusul kemudian dengan berdirinya organisasi kepanduan dilingkungan kesultanan Solo dengan nama “Teruna Kembang” yang dipimpin oleh “Pangeran Surjobroto”.

Para pemimpin Pergerakan Nasional Indonesia membentuk kepanduan dengan tujuan agar para pemuda Indonesia menjadi keder Pergerakan Nasional. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan pergerakan nasional melawan penjajah, Gerakan Kepanduan pun semakin ditingkatkan agar mampu menjadi wadah pembentukan kader pemimpin bangsa dimasa datang.

Tidak heran, jika dikemudian organisasi kepanduan begitu semarak bermunculan terutama di kota-kota besar, seperti Yogyakarta, Bandung dan Jakarta. Organisasi-organisasi kepanduan itu adalah, sebagai berikut :

1. Hizbul Wathon (WH), didirikan oleh Organisasi Keagamaan Muhammadiyah pada tahun 1918 dan dipimpin oleh Djumairi.
2. Wira Tamtama, didirikan oleh Organisasi Serikat Islam (SI) pada tahun 1920.
3. Nationale Padvinderij, didirikan oleh Organisasi Boedi Oetomo pada tahun 1921 yang dipimpin oleh Daslan Adiwarsito.
4. Jong Java Padvinderij (JJP), didirikan di Jong Java pada tahun 1921
5. National Padvinderij Organisatie (NPO) didirikan di Bandung pada tahun 1923.
6. National Islamietische Padvinderij (NATIJIP), organisasi ini dibawah Jong Islamieten Bond dan didirikan tahun 1926.
7. Serikat Islam Afdeling Padvinderij (SIAP), asalnya Wira Tamtama, didirikan tahun 1926
8. Pandu Kebangsaan (PK), pecahan dari JJP, didirikan tahun 1928
9. Jong Indonesia Padvinders Organisatie (JIPO), merupakan gabungan dari NPO dan JPO, didirikan pada tahun 1928
10. Pandu Indonesia (PI), merupakan pecahan JIPO, didirikan pada tahun 1928
11. Al Irsyad (AI) didirikan di Surabaya.
12. Pandu Pemuda Sumatera (PPS)
13. Dan masih banyak lagi.

Tonggak kebangkitan bangsa Indonesia adalah berdirinya organisasi Boedi Oetomo. Kemudian peristiwa Sumpah Pemuda, pada tanggal 28 Oktober 1928 menjiwai Gerakan Kepanduan Nasional kita untuk lebih bergerak maju (merupakan semangat nasionalisme).

Setelah Belanda melihat gejala-gejala semakin santernya penonjolan aspek-aspek kebangsaan dikalangan kepanduan yang didirikan oleh orang-orang Indonesia, pemerintah Belanda memerintahkan kepada NIPV untuk dapat membawahi/menguasai seluruh organiasi kepanduan yang ada di Indonesia. Mereka tidak menyukai penggunaan istilah Padvinder dan Padvinderij oleh organisasi-organisasi diluar NIPV.

Setelah Pemerintah kolonial Belanda melarang penggunaan istilah Padvinder dan Panvinderij bagi kepanduan bangsa kita, akhirnya para pemimpin organiasasi Kepanduan mengadakan rapat gabungan yang dikenal dengan nama Kongres SIAP pada tahun 1928 di Banjarnegara, Bayumas, Jawa Tengah dan memutuskan bahwa istilah Padvinder diganti menjadi Pandu dan Padvinderij diganti menjadi Kepanduan atas usulan salah seorang pemuka Syarikat Islam yang bernama KH. Agus Salim.

Semangat persatuan dan kebangsaan semakin kuat tertanam dalam dada para pemuda Indonesia. Organisasi-organisasi yang bersifat kesukuan, seperti Jong java, Jong Celebes, Jong Sumatera kemudian menggabungkan diri kedalam orhanisasi baru, yaitu “Indonesia Muda”. Hal itu juga diikuti oleh beberapa organisasi kepanduan INPO, PK dan PPS yang bergabung dalam wadah “Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI)” yang resmi berdiri pada tahun 1930. Bahasa resmi yang digunakan dalam KBI adalah Bahasa Indonesia.

Pada tahun 1931 berdiri juga suatu federasi yang disebut Persatuan Antar Pandu Indonesia (PAPI). Dan akhirnya PAPI berubah menjadi Badan Pusat Persaudaraan Pandu Indonesia (BPPKI) pada tahun 1938.

Peristiwa sejarah terjadi pada tanggal 3 Desember 1934, yaitu dengan berkunjungnya Baden Powell dan Lady Baden Powell ke Indonesia. Dan Indonesia mengikuti Jambore Dunia yang pertama kali pada kegiatan Jambore Dunia V di Volegenzang, Belanda, tahun1937.

Namun sangat disayangkan pada jaman pendudukan penjajahan Jepang, organisasi-organisasi kepanduan dilarang sama sekali. Semua organisasi-organisasi kepanduan harus bergabung dengan organisasi-organisasi kepemudaan bentuk jepang.

Kemudian setelah peristiwa “PROKLAMASI KEMERDEKAAN” 17 Agustus 1945, kembali berdiri banyak sekali organisasi-organisasi kepanduan, seperti :PRI, HW, AI, SIAP, Pandu Islam Indonesia, Pandu Kristen, Pandu Katolik, KBI, dan sebagainya.

Sehingga organisasi-organisasi kepanduan yang ada mencapai kurang lebih 100 organisasi, dan terkumpul 3 (tiga) federasi, yaitu :
1. IPINDO (Ikatan Pandu Indonesia), berdiri tanggal 13 September 1951
2. POPPINDO (Persatuan Organisasi Pandu Puteri), berdiri tahun 1954
3. PKPI (Perserikatan Pandu Putri Indonesia)

Pada tahun 1955, IPINDO berhasil menyelenggarakan “Jambore Nasional I” yang diselenggarakan di “Pasar Minggu, Jakarta”, namun kelemahan dan perpecahan dikalangan organisasi kepanduan yang semakin tajam masih terus berlangsung. Sementara itu, masyarakat menjadi kurang tertarik untuk melibatkan anak-anak mereka memasuki dunia kepanduan.

Untuk mengatisipasi perpecahan dan kelemahan berlarut-larut ketiga federasi kepanduan diatas akhirnya melebur diri menjadi satu federasi dengan nama “Persatuan Kepanduan Indonesia (PERKINDO)”. Akan tetapi, dalam kenyataannya hanya 64 organisasi yang ikut menggabungkan diri dalam PERKINDO.

Organisasi kepanduan, yang merupakan bagian dari organiasasi politik, tetap berhadapan satu sama lain, sehingga semakin memperlemah gerakan kepanduan di Indonesia.

PERKINDO lalu membentuk suatu panitia untuk memikirkan jalan keluar. Panitia itu kemudian menyimpulkan bahwa kepanduan Indonesia menjadi lemah karena terpecah-pecah dan terpaku dalam cengkraman gaya lama tradisional Inggris. Hal ini menyebabkan Gerakan Kepanduan tidak sesuai dengan tuntutan keadaan dan kebutuhan bangsa, sehingga kurang mendapat sambutan dari bangsa dan masyarakat Indonesia.

Sementara itu, kawasan yang menjadi objek gerakan kepanduan hanyalah kota-kota besar dan pesertanya pun hanya kalangan orang-orang yang sudah banyak mengenyam pendidikan Barat.

Kelemahan tersebut sepertinya dimanfaatkan oleh pihak komunis sebagai alasan untuk memaksa Gerakan Kepanduan di Indonesia menjadi Gerakan Pionir Muda seperti yang terdapat di Negara-negara komunis. Upaya Komunis itu tentu saja ditentang oleh berbagai pihak yang setia kepada Pancasila, baik dari kalangan kepanduan maupun pemerintah.

Berkat andil “Perdana Menteri Juanda”, perjuangan para tokoh Kepanduan Nasional Pancasila berhasil membuahkan “Keputusan Presiden No. :238/1961” tentang “Gerakan Pramuka”, yang pada “tanggal 20 Mei 1961” ditandatangani oleh “Ir. H. Juanda”, sebagai Pejabat Presiden RI, karena Presiden Soekarno sedang berkunjung ke Jepang.

Didalam Keputusan Presiden tersebut, Gerakan Pramuka ditetapkan sebagai satu-satunya badan di wilayah RI yang diperbolehkan menyelenggarakan pendidikan Kepanduan (Kepramukaan) bagi anak-anak dan pemuda Indonesia. Badan yang sama, meyerupai dan sifatnya sama dengan Gerakan Pramuka dilarang. Oleh karena itu, semua organisasi kepanduan di Indonesia, kecuali yang diselenggarakan oleh Komunis, melebur diri secara serempak ke dalam Gerakan Pramuka.

Sumber: http://radenfatah2237-2238.blogspot.com/2009/06/sejarah-kepanduan-di-indonesia.html

Ibu Kepanduan Dunia

Posted by Unknown On 08.36 No comments
Lebih dari seabad lalu, tepatnya 1 Agustus 1907, eksperimen Lord Baden-Powell bersama 20 orang anak muda berkemah di Kepulauan Brownsea Inggris, menjadi tonggak sejarah cikal bakal gerakan kepanduan.

PERKEMAHAN yang diisi berbagai kegiatan di alam terbuka sangat menarik kaum muda saat itu. Beruntunglah Baden-Powell saat awal-awal berdiri dan mengembangkan gerakan kepanduan mendapatkan sokongan penuh dari orang-orang terdekatnya. Sebut saja adik perempuannya, Agnes Smyth Baden-Powell, yang sangat berjasa mengembangkan gerakan kepanduan putri (Girl Guides). Lewat kerja keras Agnes dalam mengembangkan gerakan kepanduan putri, sampai April 1910 saja, sudah 6.000 remaja putri di Inggris yang tercatat menjadi anggota Girl Guides.
Selain Agnes, orang yang dengan setia mengembangkan gerakan kepanduan ke seluruh dunia adalah Olave Baden-Powell atau lebih dikenal dengan sebutan Lady Baden-Powell yang tak lain adalah istri Lord Baden-Powell.
Olave terlahir dengan nama Olave St. Clair Soames, 22 Februari 1889, di Chesterfield, Derbyshire, Inggris. Olave pertama kali bertemu dengan Robert Baden-Powell, Januari 1908 di atas kapal penumpang Arcadia dalam perjalanan ke New York saat Baden-Powell memulai lawatan kepanduan dunia. Walau pertautan usia yang cukup jauh (Olave 23 tahun, Baden-Powell 55 tahun) setelah beberapa tahun menjalani hubungan, mereka akhirnya menikah 30 Oktober 1912. Pernikahan ini sempat menjadi sensasi internasional. Maklum, saat itu Baden-Powell merupakan tokoh yang sangat populer dan menjadi anutan. Hal itu juga menimbulkan kegelisahan di kalangan 100.000 anggota kepanduan putra. Mereka berspekulasi pernikahan ini akan membuat Robert Baden-Powell berhenti menjadi pemimpin pandu dunia yang akhirnya menghambat perkembangan gerakan kepanduan.
Namun, spekulasi tersebut tak terbukti. Olave yang dinikahi Baden-Powell ternyata sangat mendukung suaminya mengembangkan gerakan kepanduan. Bahkan Olave turut berkecimpung langsung sehingga gerakan kepanduan tumbuh pesat menjadi kegiatan yang digemari kaum muda di seluruh dunia. Visinya terhadap organisasi ini membuat gerakan kepanduan putri berkembang menjadi organisasi khusus putri dan wanita terbesar sepanjang sejarah. Karena hal itu pula, kalangan kepanduan sepakat menyebutnya "Mother of Millions".
Olave mulai tertarik dan berkiprah di dunia kepanduan pada tahun 1914 atau 2 tahun setelah menikah dengan Baden-Powell. Pada tahun 1917 Olave dipercaya menggantikan posisi Agnes Baden-Powell sebagai Presiden Kepanduan Putri Inggris. Pada tahun 1918, Olave mendapatkan penghargaan gold Silver Fish, penghargaan tertinggi kepanduan putri Inggris dan hanya baru 2 kali diberikan (yang kedua adalah Betty Clay pada tahun 1995). Kemudian, pada tahun 1930, Olave diangkat menjadi pemimpin kepanduan putri dunia.
Sepanjang hayatnya, ia telah melakukan perjalanan lebih dari setengah juta mil, mengerahkan segala kemampuannya demi kemajuan gerakan kepanduan. Mungkin dialah salah seorang wanita yang paling sering melakukan perjalanan di dunia ini. Bayangkan saja, kurang lebih 111 negara telah ia kunjungi. Saat menginjak usia 80 tahun pun (1969), ia masih aktif berkunjung ke berbagai negara. Namun, perjuangan gigihnya ini harus berakhir setelah pada tahun 1970 karena dokter mendiagnosisnya menderita diabetes akut dan harus mengakhiri petualangannya. Olave tutup usia 25 Juni 1977 di Bramley Surrey Inggris pada usia 88 tahun atau 36 tahun setelah meninggalnya Robert Baden-Powell (8 Januari 1941) di Nyeri, Kenya.

Sumber: http://seueurkahoyong.blogspot.com/2008/11/olave-baden-powell-ibu-kepanduan-dunia.html

Site search